Buzztrend
    What's Hot

    Steven Seagal Kunjungi Kalimantan dan Temui Suku Dayak, Sikapnya Jadi Perhatian

    January 26, 2022

    Cara Download di Scribd Tanpa Login Dan Gratis

    January 26, 2022

    6 Game Horor Berdasarkan Kisah Nyata Pasti Bikin Merinding!

    January 26, 2022
    Facebook Twitter Instagram
    Buzztrend
    • Teknologi
    • Bisnis
    • Food & Travel
    • Style
    • Tips
    • Entertainment
    • Sport
    Facebook Twitter Instagram
    Buzztrend
    Home » Sejarah Sepakbola Wanita Yang Penuh Perjuangan
    Sport

    Sejarah Sepakbola Wanita Yang Penuh Perjuangan

    Luthfi wahyuBy Luthfi wahyuJanuary 22, 2022No Comments6 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Sepakbola Wanita
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Buzztrend.id – Sepakbola Wanita sedang jadi perbincangan hangat di dunia maya. Hal itu terjadi setelah timnas Indonesia Putri dihajar oleh Australia dengan skor 18-0.

    Para warganet menilai bahwa Sepakbola Wanita di Indonesia masih harus berproses panjang. Mulai dari harus adanya kompetisi dan tata kelola yang lebih baik.

    Padalah jika berbicara mengenai sepakbola yang dilakukan oleh kaum hawa, khususnya di Indonesia, hal itu sudah ada sejak tahun 1960-an. Di era tersebut ada klub bernama Putri Priangan. Klub itu juga yang tercatat menjadi klub sepakbola wanita pertama di Indonesia.

    Namun setelah itu perkembangan sepakbola di sektor putri justru mengalami kemunduran dari tahun ke tahun.  Bersamaan dengan itu negara lain sepakbola wanitanya terus bergerak maju dan membuat Indonesia akhirnya tertinggal jauh.

    Lalu sebenarnya bagaiman sejarah dari Sepakbola Wanita ini? Bagaiman ceritanya olahraga yang awalnya khusus kaum adam ini kemudian juga dilakukan oleh kaum hawa. Berikut penjelasannya.

    Sejarah Awal Munculnya Sepakbola Wanita

    Ternyata faktanya sepakbola wanita muncul tak lama setelah para kaum lelaki memainkan olahraga su kulit bundar ini. Hal ini dibuktikan dalam sebuah dokumen bahwa pada 23 Maret 1895 terselenggara pertandingan pertama sepakbola putri di lapangan Crouch End Athletic, Alexandra Park, London yang mempertemukan tim Utara dan tim Selatan.

    Pada saat itu para perempuan di Inggris belum terlalu mendapat banyak kebebasan dalam hal berpakaian. Kedua tim tidak bermain dengan kaos dan celana pendek seperti halnya sepakbola lelaki karena dianggap terlalu bulgar. Mereka menggunakan blouse, topi dan celana baggy tiga-perempat yang lazim digunakan kala itu.

    Namun pada saat itu olahraga ini gagal berkembang karena anggapan orang-orang yang mengatakan bahwa sepakbola adalah olahraga yang keras sehingga tidak pantas dilakukan oleh kaum perempuan.

    Dunia sepak bola wanita harus berterima kasih kepada Lady Florence Dixie dan Nettie J. Honeyball karena keduanya medobrak kekangan etika dan tabu yang ada di kalangan masyarakat Inggris kala itu.

    Lady Florence adalah seorang penulis yang mendukung bahwa sepakbola juga bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Ia memberikan dukungannya lewat tulisan-tulisan yang ia buat.

    “Sepak bola adalah olahraga untuk wanita, hiburan semua orang lain yang akan memastikan kesehatan, dan membantu dalam menghancurkan monster berkepala hydra itu, pakaian wanita saat ini”, ucap Florence dalam salah satu tulisannya.

    Sedangkan Netty Honeball adalah seorang pemain sepakbola dan menjadi kapten tim. Ia pernah dicela setelah beredar fotonya menggunakan kostum sepakbola seperti halnya kaum laki-laki. Kakinya terlihat dan itu dianggap sebagai hal yang tidak sopan.

    Mendapat tekanan untuk bermain sepak bola dengan aturan pakaian yang lebih tertutup, Nettie tetap bersikeras karena faktor keleluasaan bergerak.

    “Perempuan bukanlah makhluk penghias dan tidak berguna yang digambarkan laki-laki. Kami tidak memainkan anggota la-di-da. Kami memainkan permainan dengan semangat yang tepat,” ucap Nettie.

    Lika-Liku Piala Dunia Wanita

    Setelah perjalanan panjang dan perjuangan untuk menyetarakan sepakbola wanita dengan sepakbola pria, akhirnya FIFA menggelar Piala Dunia wanita untuk pertama kalinya pada tahun 1991. Gelaran tersebut berlangsung di China.

    Kehadiran Piala Dunia Wanita tersebut juga buah dari tekanan dari sana-sini dan respon dicabutnya larangan para perempuan bermain sepakbola di sejumlah negara seperti Australia (1960), Jerman (1970), Inggris (1971), Belanda (1971) dan Brazil (1979).

    Sebelum gelaran kabar sepakbola wanit di tahun 1991, sebelumnya sudah ada beberapa turnamen yang digarap oleh pemerhati cabang ini. Salah satunya ada turnamen Coppa Del Mondo/Martini Rosso Cup yang berlangsung di Italia pada 6 Juli 1970.

    Dalam sebuah tulisan milik C.D.Fisher yang berjudul “The Face of Football Bodies: Resisting Market Enclosure and Imagining Another (Football) Future”, turnamen di Italia tersebut digelar oleh Federation of Independent European Football (FIEFF).

    Federasi ini sendiri berdiri pada tahun 1969 dan bisa dikatakan semacam UEFA namun versi sepakbola wanitanya. Dalam turnamen tersebut diisi oleh delapan tim dan didominasi tim-tim benua biru. Hanya Meksiko saja yang berasal dari luar Eropa.  Dalam turname tersebut, Denmark keluar menjadi juara setelah di partai final mengandaskan Italia dengan skor 2-0.

    Di tahun berikutnya tepatnya 15 Agustus 1971, turnamen tersebut kembali digelar. Kini giliran Meksiko yang jadi tuan rumah. Lebih sedikit dari sebelumnya, turnamen kedua ini hanya diikuti oleh enam tim, termasuk Argentina yang ikut untuk pertama kalinya.

    Lagi-lagi Denmark masih terlalu digdaya dan kembali menjadi juara setelah mengalahkan tuan rumah dengan skor 3-0.

    Meski sudah dua kali berlangsung namun FIFA tidak mengakui laga-laga yang ada di turname tersebut. Federasi sepakbola dunia ini justru mengakui laga persahabatan antara Prancis vs Belanda di Stade Auguste Damette pada 17 april 1971 sebagai laga sepakbola wanita resmi yang pertama.

    Baca Juga:

    Shalika Aurelia, Pesepakbola Putri Pertama Indonesia yang Tembus Eropa
    Mulai Masuk Asia Pada 1978

    Mulai banyak pertandingan sepakbola wanita di Eropa, hal itu membuat negara-negara Asia pun mulai tergerak untuk melakukan hal serupa. Taiwan lewat organisasi sepakbolanya yaitu CTFA, menggelar Women’s World Invitation Tournament pada tahun 1978.

    Uniknya peserta turnamen ini campuran antara negara dan juga klub. Digelar tiga tahun sekali, gelaran perdana berakhir dengan menjadikan dua tim menjadi juara bersama yaitu Reims FF (Prancis) dan HJK (Finlandia). Selanjutnya klub Jerman Bergisch Gladbach menjadi juara dua kali berturut-turut pada 1981 dan 1984. Baru di tahun 1987 tuan rumah Taiwan bisa menjadi juara.

    Dua turnamen tersebut lah yang akhirnya meyakinkan FIFA untuk menyelenggarkaan Piala Dunia Wanita untuk pertama kalinya pada tahun 1991.

    Sebelum gelaran tersebut, FIFA terlebih dahulu menggelar turnamen pendahuluan bernama FIFA Women’s Invitation Tournamet pada tahun 1988.

    Dua belas tim dari enam konfederasi ikut serta dalam turnamen yang berlangsung di Ghuangzhou China ini. Norwegia keluar menjadi juara setelah mengalahkan Swedia dengan skor tipis 1-0 di partai puncak.

    Pemain timnas wanita Prancis yaitu Jocelyne Ratignier mengaku senang dengan akhirnya sepakbola wanita menjadi ajang resmi.

    “Saya bermain di tahun 1971 (Piala Dunia tidak resmi) dan butuh waktu hingga 20 tahun untuk melihat Piala Dunia yang resmi. Saya sangat senang dengan perubahan yang terjadi. Hanya saja saya tidak bisa memahami kenapa butuh waktu lama sekali”, ujar Jocelyne Ratignier dalam sebuah wawancara.

    Perkembangannya di Indonesia

    Di Indonesia sendiri perkembangan sepakbola wanita masih belum terlalu bagus. Meski sudah ada sejak tahun 1960-an, namun tidak adanya perhatian dari federasi menjadikannya terus mengalami kemunduran.

    Baru di bulan desember tahun 2017 sepakbola untuk para kartini coba digaungkan lagi dengan berdirinya Asosiasi Sepakbola Wanita Indonesia (ASWI). Organisasi ini diketuai oleh Papat Yunisal yang merupakan legenda sepakbola putri Indonesia.

    Namun sejauh ini belum ada perkembangan signifikan yang terlihat. Timnas putri Indonesia lebih sering dihajar lawan-lawannya dengan skor yang mencolok.

    Pada tahun 2019 sebenarnya sudah mulai digelar kompetisi liga untuk sepakbola putri untuk pertama kalinya. Namun akibat pandemi, hingga saat ini kompetisi tersebut belum berjalan kembali.

    “Sepakbola wanita ini lebih banyak kendalanya, baik di luar maupun di dalam lapangan. Yak arena tida adanya kejelasan agenda PSSI dari Asprov. Apalagi kalau ganti kepemimpinan PSSI.Perhatian dan kebijakan soal sepakbola putri ikut berganti”, ujar Papat Yunisal dalam sebuah wawancara di tahun 2017.

    Share this:

    • Twitter
    • Facebook
    Sejarah Sepakbola Wanita Sepakbola Wanita
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Luthfi wahyu
    • Website

    Related Posts

    Tragedi Pilu di Piala Afrika, Enam Orang Dilaporkan Tewas

    January 25, 2022

    Borneo FC Resmikan Fakhri Husaini Sebagai Pelatih Baru

    January 23, 2022

    Salah dan Mane Akan Saling Bunuh Demi Satu Tiket Piala Dunia

    January 23, 2022

    Leave A Reply Cancel Reply

    Also Trending

    Steven Seagal Kunjungi Kalimantan dan Temui Suku Dayak, Sikapnya Jadi Perhatian

    January 26, 2022

    Cara Download di Scribd Tanpa Login Dan Gratis

    January 26, 2022

    6 Game Horor Berdasarkan Kisah Nyata Pasti Bikin Merinding!

    January 26, 2022

    Mengenal Mandau Senjata Asli Suku Dayak yang Bantu Usir Penjajah

    January 26, 2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest sports news from SportsSite about soccer, football and tennis.

    Advertisement
    Demo
    © 2022 Buzztrend.id. Alright reserved
    • Tentang Kami
    • Kebijakan Privasi
    • Disclaimer
    • Kontak Kami

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.